العَمَلُ يَجْعَلُ الصَّعْبَ سَهْلا

Bekerja itu membuat yang sukar menjadi mudah.

مَنْ تَأَنَّى نَالَ مَا تَمَنَّى

Barang siapa bersungguh-sungguh niscaya mendapatkan apa-apa yang ia cita-citakan.

رُبَّ أَخٍ لَمْ تَلِدْهُ وَالِدَةٌ

Berapa banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh satu ibu.

لاَ تَكُنْ رَطْباً فَتُعْصَرَ وَلاَ يَابِسًا فَتُكَسَّرَ

Janganlah engkau bersikap lemah, sehingga kamu akan diperas, dan janganlah kamu bersikap keras, sehingga kamu akan dipatahkan.

لَيْسَ الجَمَالُ بِأَثْوَابٍ تُزَيِّنُنُا إِنَّ الجَمَالَ جمَاَلُ العِلْمِ وَالأَدَبِ

Bukanlah kecantikan itu dengan pakaian yang menghias kita, sesungguhnya kecantikan itu ialah kecantikan dengan ilmu dan kesopanan.

Rabu, 10 Oktober 2012

Memformat Madrasah Futuristik

alimukht4r.blogspot.com
Seorang futurulog John Naisbitt dalam bukunya Megatrends 2000 mengatakan “ The new source of power is not money in the hands of e few but information in the hands of many”, artinya barang siapa yang menguasai informasi akan menguasai dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa dekade abad 21 ini merupakan dekade informasi.
Pernyataan diatas sedikit banyak akan memberikan implikasi terhadap keberlangsungan madrasah kita, bisa sebagai peluang dan juga dapat sebagai tantangan. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya tergantung bagaimana “Stakeholder” madrasah kita untuk membaca perubahan zaman ini.
Madrasah kita sebagai mainstream pendidikan Islam seharusnya tidak hanya mengajarkan normatif (iman, taqwa, akhlakul karimah) tetapi juga bagian intergal sistem pendidikan bangsa memiliki potensi strategi untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia : manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, berdisiplin, terampil, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, produktif, dan sehat jasmani maupun rohani.
Manajerial Style Kepala Madrasah
Marilah kita membuka mindset kita, bahwa jabatan kepala madrasah tidak diukur dari senioritas dari masa kerjanya semata, tetapi harus berprinsip “righ man on the righ job” apalagi konsep “like and dislike” yang selama ini mungkin masih ada.
Dan kepala madrasah yang ada sekarang bukan saatnya lagi berbicara, tentang ego pribadi yang muncul, artinya bahwa kepala madrasah itu sebagai atasan dan guru sebagai bawahan, tapi harus berubah yaitu semua komponen yang ada pada madrasah tersebut sebagai mitra kerja (partnership) demi keberlangsungan sebuah organisasi sebuah madrasah.
Karena kepala madrasah sebagai penanggung jawab terhadap roda organisasi madrasah harus berkompetensi dalam manajemen yaitu : Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC) dan kemampuan dalam menganalisa SWOT (Strenght, Weakness, Opurtunity dan Treatment).
Hali ini mengindikasikan bahwa kepala madrasah kita dalam menjalankan amanatnya tidak sekedar perasaan bagaimana baiknya tapi semua harus terukur dan terdokumentasi dengan baik.
Guru Marketable
Sebaik-baik sistem dan Kepala Madrasah tanpa didukung oleh guru-guru yang handal tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Bagaimana guru yang handal itu? Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007, konsep-konsep guru berkualitas adalah :
1.      Guru yang dapat meningkatkan prestasi siswa (akademik dan non akademik)
2.      Guru yang memiliki nilai yang tinggi dari supervisornya.
3.      Guru yang memilki indeks tinggi berdasarkan komentar dari siswa, administrator, dan interes stakeholders.
4.      Guru yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Kerjasama “M” to “OM”
Kerjasama “M” to “OM” artinya kemampuan dari pengelola madrasah bekerjasama dengan luar madrasah, dalam hal ini dapat berupa kerjasama dengan perusahaan, instansi pemerintah dan instansi lain.
Kompetensi pengelola madrasah sangat tertantang dalam program ini, dan sudah saatnya kita membuka eksklusivitas kita selama ini, bahwa kerjasama itu hanya antar madrasah atau bisa diartikan sama-sama Pendidikan Islam atau sama-sama muslim.
Mindset perlu dirubah, bahwa kegiatan ini bukan bersifat ubudiyah tapi mu’amalah, kita bisa berimprivisasi (ijtihad) demi kemajuan madrasah kita.
Pembelajaran EQ, SQ dan ESQ
Madrasah kita sebagai candradimuka insan paripurna sudah saatnya berbenah diri dengan proses pembelajarannya. Keberhasilan siswa dipersaingan global kelak sangat ditentukan berapa tingginya IQ, SQ, dan ESQ nya.
Fakta pendidiksn selama ini :
  1. Hanya mengasah potensi IQ.
  2. Wadah untuk mengasah EQ dan ESQ baru diwadahi sistem training
Dari penelitian ternyata potensi IQ hanya berperan tidak lebih dari 20% terhadap kesuksesan seseorang. Ini artinya kebanyakan orang menghabiskan demikian banyak waktu, uang, tenaga, pikiran untuk mengasah satu potensi yang berperan hanya 20% terhadap kesuksesan yaitu lebih dari ¼ hidupnya untuk menuntaskan jenjang pendidikan.
Dengan demikian segenap pengelola maupun stakeholder perlu mempertimbangkannya dalam pengajaran baik intra maupun ekstra kurikuler dengan membuka wawasan dan ber-ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi).
(Dikutip dari MPA 288/September 2010)

Sabtu, 06 Oktober 2012

uji coba posting

Posting ini hanya uji coba