alimukht4r.blogspot.com
Seorang futurulog
John Naisbitt dalam bukunya Megatrends 2000 mengatakan “ The new source of power is not money in the
hands of e few but information in the hands of many”, artinya barang siapa
yang menguasai informasi akan menguasai dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa
dekade abad 21 ini merupakan dekade informasi.
Pernyataan diatas sedikit banyak akan memberikan
implikasi terhadap keberlangsungan madrasah kita, bisa sebagai peluang dan juga
dapat sebagai tantangan. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya tergantung
bagaimana “Stakeholder” madrasah kita
untuk membaca perubahan zaman ini.
Madrasah kita sebagai mainstream pendidikan Islam seharusnya tidak hanya mengajarkan normatif
(iman, taqwa, akhlakul karimah) tetapi juga bagian intergal sistem pendidikan
bangsa memiliki potensi strategi untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan
nasional, yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia : manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri,
maju, tangguh, cerdas, kreatif, berdisiplin, terampil, beretos kerja,
profesional, bertanggungjawab, produktif, dan sehat jasmani maupun rohani.
Manajerial Style Kepala Madrasah
Marilah kita membuka mindset kita, bahwa jabatan kepala madrasah tidak diukur dari
senioritas dari masa kerjanya semata, tetapi harus berprinsip “righ man on the righ job” apalagi konsep
“like and dislike” yang selama ini
mungkin masih ada.
Dan kepala madrasah yang ada sekarang bukan saatnya
lagi berbicara, tentang ego pribadi yang muncul, artinya bahwa kepala madrasah itu
sebagai atasan dan guru sebagai bawahan, tapi harus berubah yaitu semua
komponen yang ada pada madrasah tersebut sebagai mitra kerja (partnership) demi keberlangsungan
sebuah organisasi sebuah madrasah.
Karena kepala madrasah sebagai penanggung jawab
terhadap roda organisasi madrasah harus berkompetensi dalam manajemen yaitu : Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling (POAC) dan kemampuan dalam menganalisa SWOT (Strenght, Weakness, Opurtunity dan
Treatment).
Hali ini mengindikasikan bahwa kepala madrasah kita
dalam menjalankan amanatnya tidak sekedar perasaan bagaimana baiknya tapi semua
harus terukur dan terdokumentasi dengan baik.
Guru Marketable
Sebaik-baik sistem dan Kepala Madrasah tanpa didukung
oleh guru-guru yang handal tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Bagaimana
guru yang handal itu? Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007, konsep-konsep
guru berkualitas adalah :
1.
Guru yang
dapat meningkatkan prestasi siswa (akademik dan non akademik)
2.
Guru yang
memiliki nilai yang tinggi dari supervisornya.
3.
Guru yang
memilki indeks tinggi berdasarkan komentar dari siswa, administrator, dan
interes stakeholders.
4.
Guru yang
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Kerjasama “M” to “OM”
Kerjasama “M” to “OM” artinya kemampuan dari pengelola
madrasah bekerjasama dengan luar madrasah, dalam hal ini dapat berupa kerjasama
dengan perusahaan, instansi pemerintah dan instansi lain.
Kompetensi pengelola madrasah sangat tertantang dalam
program ini, dan sudah saatnya kita membuka eksklusivitas kita selama ini,
bahwa kerjasama itu hanya antar madrasah atau bisa diartikan sama-sama
Pendidikan Islam atau sama-sama muslim.
Mindset
perlu dirubah, bahwa kegiatan
ini bukan bersifat ubudiyah tapi mu’amalah, kita bisa berimprivisasi
(ijtihad) demi kemajuan madrasah kita.
Pembelajaran EQ, SQ dan ESQ
Madrasah kita sebagai candradimuka insan paripurna
sudah saatnya berbenah diri dengan proses pembelajarannya. Keberhasilan siswa
dipersaingan global kelak sangat ditentukan berapa tingginya IQ, SQ, dan ESQ
nya.
Fakta pendidiksn selama ini :
- Hanya mengasah
potensi IQ.
- Wadah untuk
mengasah EQ dan ESQ baru diwadahi sistem training
Dari penelitian ternyata potensi IQ hanya berperan
tidak lebih dari 20% terhadap kesuksesan seseorang. Ini artinya kebanyakan
orang menghabiskan demikian banyak waktu, uang, tenaga, pikiran untuk mengasah
satu potensi yang berperan hanya 20% terhadap kesuksesan yaitu lebih dari ¼
hidupnya untuk menuntaskan jenjang pendidikan.
Dengan demikian segenap pengelola maupun stakeholder perlu mempertimbangkannya
dalam pengajaran baik intra maupun ekstra kurikuler dengan membuka wawasan dan
ber-ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi).
(Dikutip
dari MPA 288/September 2010)